MAKALAH “APOTEK”
Diajukan
untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah aplikasi Komputer
Disusun
oleh:
1. Hendrikson
Simarmata
2. Maria
Theresia
3. Puti
Andini Tampubolon
PROGRAM STUDI
S1-KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU
KESEHATAN SANTO BORROMEUS
PADALARANG
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Apotek
,kata yang tidak asing ditelinga kita. Apoteker adalah yang mengelola Apotek
yang termasuk farmasi. Problem klasik yang dialami industri farmasi adalah
utilisasi kapasitas produksi yang belum optimal. Bisa dimaklumi karenahampir
seluruh industri farmasi memiliki fasilitas produksi yang sama yaitu tablet,
kapsul dan sirup.
Dengan jumlah
pemain yang mencapai 200 lebih dan dengan total pasar yang hanya sekitar Rp. 26
trilyun, tidak heran jika banyak industri yang belum bisa mencapai utilitas
kapasitas produksi optimum.
Untuk
meningkatkannya, beberapa cara yang biasanya dilakukan adalah penambahan produk
baru, ekstensifikasi dan intensifikasi pemasaran. Dari ketiganya yang relatif
cepat menuai hasil adalah ekstensifi .
Persaingan bisnis apotek memang cukup
kencang sekali, semua pebisnis apotek tentu ingin memenangkan peluang pada
pangsa pasarnya. Salah satu senjata yang cukup sering digunakan adalah faktor
harga, dimana apotek tersebut akan menurunkan harga produk yg dijualnya, bahkan
terkadang di bawah rata – rata harga pasar. Sebenarnya tidak perlu panik bila
menghadapi pesaing yang menerapkan strategi model seperti itu. Apotek yg
menerapkan strategi bisnisnya bersandarkan strategi tersebut bisa dibilang
bermain api. Jika apotek tersebut menerapkan pemberian harga murah secara terus
– menerus maka secara logika apotek tersebut lama – kelamaan akan bangkrut.
Bisa dibayangkan, darimana ia akan memperoleh laba jika produk yang dijual
selalu murah ?kasi pemasaran. Salah satunya melalui
dokter dispensing.
Maka, kami ingin
mengetahui jauh tentang apotek lebih pada sistem informasi.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimana
sistem informasi apotek dalam pemesanan
obat?
2. Bagaimana
pengolompokan obat-obat?
3. Bagaimana
administrasi apotek dalam rumah sakit?
C.
Tujuan
Penelitian
1. Ingin
mengetahui sistem informasi apotek dalam
pemesanan obat
2. Ingin
mengetahui pengolompokan obat-obat
3. Ingin
mengetahui administrasi apotek dalam rumah sakit
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
A.
Apotek Panel
Salah satu cara
cepat untuk meningkatkan omzet apotek adalah menjadikan apotek sebagai miniatur
PBF. Selain melayani pasien atau konsumen (end user), apotek juga
melayani dokter atau poliklinik. Seperti kita tahu dokter di lokasi-lokasi yang
terpencil dan jauh dari apotek dimungkinkan untuk dispensing. Karena itu apotek
tersebut harus memiliki persediaan dalam jumlah yang lebih besar dan lengkap.
Dalam batasan tertentu hal ini diperbolehkan oleh undang undang.
Rupanya aturan
ini juga merupakan celah bagi industri farmasi untuk melebarkan sayapnya.
Problem klasik yang dialami industri farmasi adalah utilisasi kapasitas
produksi yang belum optimal. Bisa dimaklumi karenahampir seluruh industri
farmasi memiliki fasilitas produksi yang sama yaitu tablet, kapsul dan sirup.
Dengan jumlah pemain yang mencapai 200 lebih dan dengan total pasar yang hanya
sekitar Rp. 26 trilyun, tidak heran jika banyak industri yang belum bisa
mencapai utilitas kapasitas produksi optimum.
Untuk
meningkatkannya, beberapa cara yang biasanya dilakukan adalah penambahan produk
baru, ekstensifikasi dan intensifikasi pemasaran. Dari ketiganya yang relatif
cepat menuai hasil adalah ekstensifikasi pemasaran. Salah satunya melalui
dokter dispensing.
Sebenarnya tidak
ada yang keliru jika aturan ditegakkan secara konsekuen. Yang sekarang marak
terjadi justru sebaliknya. Bahkan karena termasuk kategori ilegal kalangan
dokter sedang berupaya untuk melegalkannya. Akibatnya banyak apotek tidak bisa
bertahan karena disekitarnya banyak dokter dispensing.
Lebih disayangkan
lagi adalah apotek yang melayani dokter dispensing. Kalangan industri biasa
menyebut mereka dengan istilah apotek panel. Dalam prakteknya banyak apotek
panel yang hanya dipakai namanya saja. Seluruh aktifitas dilakukan oleh
industri yang bersangkutan bekerjasama dengan distributor.
B.
Penggolongan Obat
Penggolongan
sederhana dapat diketahui dari definisi yang lengkap di atas yaitu obat untuk
manusia dan obat untuk hewan. Selain itu ada beberapa penggolongan obat yang lain,
dimana penggolongan obat itu dimaksudkan untuk peningkatan keamanan dan
ketepatan penggunaan serta pengamanan distribusi.
Berdasarkan undang-undang obat
digolongkan dalam :
1.Obat bebas
2.Obat keras
3.Obat psikotropika
Berikut penjabaran masing-masing
golongan tsb :
1.
Obat Bebas
Obat
bebas adalah obat yang boleh digunakan tanpa resep dokter (disebut obat OTC =
Over The Counter), terdiri atas obat bebas dan obat bebas terbatas. Ini
merupakan tanda obat yang paling “aman”.
Obat
bebas, yaitu obat yang bisa dibeli bebas di apotek, bahkan di warung, tanpa
resep dokter, ditandai dengan lingkaran hijau bergaris tepi hitam. Obat bebas
ini digunakan untuk mengobati gejala penyakit yang ringan. Misalnya :
vitamin/multi vitamin (Livron B Plex, )
2.
Obat Bebas Terbatas
Obat
bebas terbatas (dulu disebut daftar W) yakni obat-obatan yang dalam jumlah
tertentu masih bisa dibeli di apotek, tanpa resep dokter, memakai tanda
lingkaran biru bergaris tepi hitam. Contohnya, obat anti mabuk (Antimo), anti
flu (Noza). Pada kemasan obat seperti ini biasanya tertera peringatan yang
bertanda kotak kecil berdasar warna gelap atau kotak putih bergaris tepi hitam,
dengan tulisan sebagai berikut :
P.No.1: Awas! Obat keras. Bacalah
aturan pemakaiannya.
P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan
P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
P.No.2: Awas! Obat keras. Hanya untuk bagian luar dari badan.
P.No.3: Awas! Obat keras. Tidak boleh ditelan
P.No.4: Awas! Obat keras. Hanya untuk dibakar.
P.No.5: Awas! Obat keras. Obat wasir, jangan ditelan
Memang, dalam keadaaan dan
batas-batas tertentu; sakit yang ringan masih dibenarkan untuk melakukan
pengobatan sendiri, yang tentunya juga obat yang dipergunakan adalah golongan
obat bebas dan bebas terbatas yang dengan mudah diperoleh masyarakat. Namun
apabila kondisi penyakit semakin serius sebaiknya memeriksakan ke dokter.
Dianjurkan untuk tidak sekali-kalipun melakukan uji coba obat sendiri terhadap
obat – obat yang seharusnya diperoleh dengan mempergunakan resep dokter.
Apabila menggunakan obat-obatan yang
dengan mudah diperoleh tanpa menggunakan resep dokter atau yang dikenal dengan
Golongan Obat Bebas dan Golongan Obat Bebas Terbatas, selain meyakini bahwa
obat tersebut telah memiliki izin beredar dengan pencantuman nomor registrasi
dari Badan Pengawas Obat dan Makanan atau Departemen Kesehatan, terdapat hal-
hal yang perlu diperhatikan, diantaranya: Kondisi obat apakah masih baik atau
sudak rusak, Perhatikan tanggal kadaluarsa (masa berlaku) obat, membaca dan
mengikuti keterangan atau informasi yang tercantum pada kemasan obat atau pada
brosur / selebaran yang menyertai obat yang berisi tentang Indikasi (merupakan
petunjuk kegunaan obat dalam pengobatan),
kontra-indikasi (yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan), efek samping (yaitu efek yang timbul, yang bukan efek yang diinginkan), dosis obat (takaran pemakaian obat), cara penyimpanan obat, dan informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan dengan makanan yang dimakan.
kontra-indikasi (yaitu petunjuk penggunaan obat yang tidak diperbolehkan), efek samping (yaitu efek yang timbul, yang bukan efek yang diinginkan), dosis obat (takaran pemakaian obat), cara penyimpanan obat, dan informasi tentang interaksi obat dengan obat lain yang digunakan dan dengan makanan yang dimakan.
3.
Obat Keras
Obat
keras (dulu disebut obat daftar G = gevaarlijk = berbahaya) yaitu obat
berkhasiat keras yang untuk memperolehnya harus dengan resep dokter,memakai
tanda lingkaran merah bergaris tepi hitam dengan tulisan huruf K didalamnya.
Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini adalah antibiotik (tetrasiklin,
penisilin, dan sebagainya), serta obat-obatan yang mengandung hormon (obat
kencing manis, obat penenang, dan lain-lain).
Obat-obat
ini berkhasiat keras dan bila dipakai sembarangan bisa berbahaya bahkan
meracuni tubuh, memperparah penyakit atau menyebabkan mematikan. Psikotropika
dan Narkotika.
Obat-obat ini sama dengan narkoba
yang kita kenal dapat menimbulkan ketagihan dengan segala konsekuensi yang
sudah kita tahu.
Karena itu, obat-obat ini mulai dari
pembuatannya sampai pemakaiannya diawasi dengan ketat oleh Pemerintah dan hanya
boleh diserahakan oleh apotek atas resep dokter. Tiap bulan apotek wajib
melaporkan pembelian dan pemakaiannya pada pemerintah.
C.
Penggolongan Obat Tradisional
Penggolongan obat di atas adalah obat
yang berbasis kimia modern, padahal juga dikenal obat yang berasal dari alam,
yang biasa dikenal sebagai obat tradisional.Obat tradisional Indonesia semula
hanya dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu obat tradisional atau jamu dan
fitofarmaka. Namun, dengan semakin berkembangnya teknologi, telah diciptakan
peralatan berteknologi tinggi yang membantu proses produksi sehingga industri
jamu maupun industri farmasi mampu membuat jamu dalam bentuk ekstrak. Namun,
sayang pembuatan sediaan yang lebih praktis ini belum diiringi dengan
perkembangan penelitian sampai dengan uji klinik.
Pengelompokan obat bahan alam
Indonesia ini menjadi jamu sebagai kelompok yang paling sederhana, obat herbal
terstandar sebagai yang lebih tinggi, dan fitofarmaka sebagai yang paling
tinggi tingkatannya. Pokok – pokok pengelompokan tersebut sesuai SK Kepala
Badan POM No. HK.00.05.2411 tanggal 17 Mei 2004.
Jamu (Empirical based herbal
medicine)
Jamu adalah obat tradisional yang
disediakan secara tradisional, misalnya dalam bentuk serbuk seduhan, pil, dan
cairan yang berisi seluruh bahan tanaman yang menjadi penyusun jamu tersebut
serta digunakan secara tradisional. Pada umumnya, jenis ini dibuat dengan
mengacu pada resep peninggalan leluhur yang disusun dari berbagai tanaman obat
yang jumlahnya cukup banyak, berkisar antara 5 – 10 macam bahkan lebih.
Bentuk jamu tidak memerlukan pembuktian
ilmiah sampai dengan klinis, tetapi cukup dengan bukti empiris. Jamu yang telah
digunakan secara turun-menurun selama berpuluh-puluh tahun bahkan mungkin
ratusan tahun, telah membuktikan keamanan dan manfaat secara langsung untuk
tujuan kesehatan tertentu.
D.Bagan pemesanan di Apotek
E.Bisnis Apotik
Persaingan bisnis apotek memang
cukup kencang sekali, semua pebisnis apotek tentu ingin memenangkan peluang
pada pangsa pasarnya. Salah satu senjata yang cukup sering digunakan adalah
faktor harga, dimana apotek tersebut akan menurunkan harga produk yg dijualnya,
bahkan terkadang di bawah rata – rata harga pasar. Sebenarnya tidak perlu panik
bila menghadapi pesaing yang menerapkan strategi model seperti itu. Apotek yg
menerapkan strategi bisnisnya bersandarkan strategi tersebut bisa dibilang
bermain api. Jika apotek tersebut menerapkan pemberian harga murah secara terus
– menerus maka secara logika apotek tersebut lama – kelamaan akan bangkrut.
Bisa dibayangkan, darimana ia akan memperoleh laba jika produk yang dijual
selalu murah ?
Jika diamati memang benar, bahwa
pada awal apotek menjual dengan harga murah akan dipenuhi pelanggan dan ramai.
Tetapi lama – kelamaan apotek tersebut pengunjungnya akan berkurang, sebab
pihak apotek tentu akan kesulitan membayar kepada para suplier / distributor.
Pebisnis apotek model ini tentu akan mengalami kebangkrutan yang diciptakannya
sendiri. Memang benar ia akan dikenal sebagai apotek yang murah oleh konsumen /
pasiennya. Namun bukankah ini adalah bumerang ? Karena secara sadar atau tidak,
menjual barang dengan harga murah dibanding rata – rata harga pasar akan
menipiskan kantong bisnis apoteknya. Lantas apa yang perlu dilakukan bila
menghadapi kompetitor semacam ini ?
1) Perlihatkan
Benefit yang Sensasional
Harus ditemukan formula yang jitu, benefit apa yang
bisa dirasakan oleh konsumen / pasien bila bertransaksi di apotek anda ? Benefit yang diberikan tersebut harus benar – benar sensasional bagi
konsumen / pelanggan. Untuk menciptakan benefit yang penuh sensasi, kuncinya
sederhana bahwa benefit tersebut harus bersifat tangible (berwujud). Misalnya apotek bisa saja memberikan pelayanan
kepada pasien penyakit degenaratif untuk penebusan resep dokter di apotek
persekian kali berturut – turut, maka akan mendapat garansi cek laboratorium
senilai Rp 200 ribu . Bukankah ini adalah benefit yang sensasional bagi pasien
/ konsumen apotek ?
2) Mekanisme
Jemput & Giring Bola
Pernah nonton sepakbola kan ?
Atau bahkan pernah main juga ? Teknik yang sering dipakai untuk memenangkan
sepak bola biasanya dengan pola menyerang. Agar pola tersebut sukses, maka para
pemain harus rajin menjemput bola, kemudian giring (oper) dan tembak. Begitu
pun ketika menghadapi pesaing yang menggunakan strategi harga murah, maka
bisnis apotek anda harus rajin menggaet pasien, lalu giringlah mereka bahwa
tidak akan pernah menyesal bertransaksi di apotek anda. Tembak juga mindset-nya, bahwa ada benefit yang
layak mereka pertimbangkan dibanding harga yang murah, yakni quality of serve.
3) Garansi
Apa jadinya bila membeli barang
baru tanpa ada garansi ? Tentu akan pikir – pikir terlebih dulu kan ? Namun
bila ada garansi, terlebih berjangka waktu panjang, tentu akan membuat
pelanggan lebih mantap untuk melakukan transaksi pembeliannya. Kondisi tersebut
hampir mirip dengan di apotek, sebenarnya sederhana sekali, bahwa pasien hanya
membutuhkan satu garansi, yakni kesembuhan / perbaikan setelah mengkonsumsi
produk kefarmasian yang dibeli. Untuk itu perlu kiranya profesi di apotek &
staf memberikan garansi ini. Garansi yang bisa dirasakan & terukur
waktunya, tentu akan membuat pasien lebih mantap & patuh untuk menggunakan
produk kefarmasian sesuai fungsinya. Garansi semacam ini juga salah satu alat
yang ampuh untuk membendung persaingan pada level harga murah.
4) Pelayanan Sensasional
Starting
touch setiap keberhasilan transaksi adalah pelayanan. Kunci
utama pelayanan adalah no one customer’s
wrong. Ini harus dipahami bahwa walaupun customer memiliki suatu kesalahan,
maka kita tidak layak menyalahkannya secara terang – terangan. Harus diingat
bahwa tindakan itu dilakukan hanya semata untuk menyajikan kepentingan
pelayanan yang nyaman, bukan penghakiman untuk menilai kesalahan. Jadi sangat
wajar bila kata – kata : “oh..itu salah”;
“tidak betul itu…”; “ini ngawur...” harus dihindari disaat
melayani pelanggan apotek. Berikan kata – kata yang nyaman, seperti : “infonya menarik, namun mari kita lihat
bersama kebenaran info tersebut…”. Sapaan yang hangat dan bahasa tubuh yang
bersahabat tentu akan lebih menambah nyaman pelayanan yang disuguhkan.
Pelayanan sensasional akan membuat pelanggan menjadi homely, ini juga senjata ampuh untuk meruntuhkan pesaing dengan
strategi jual harga murah.